Jumat, 26 November 2010

Sore Tugu Pancoran


Si Budi kecil kuyup menggigil
Menahan dingin tanpa jas hujan
Disimpang jalan tugu pancoran
Tunggu pembeli jajakan koran
Menjelang maghrib hujan tak reda
Si Budi murung menghitung laba
Surat kabar sore dijual malam
Selepas isya melangkah pulang

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal

Cepat langkah waktu pagi menunggu
Si Budi sibuk siapkan buku
Tugas dari sekolah selesai setengah
Sanggupkah si Budi diam di dua sisi

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal


_Iwan Fals_

Senin, 22 November 2010

Efek GLOBALISASI


Kata para penganutnya, hanya Globalisasilah yang mampu menyatukan manusia dari segala ras di seluruh negara , dan (menurut mereka) globalisasi dapat mengurangi kemiskinan, globalisasi dapat menciptakan kekayaan yang merata. Tetapi apa yang sesungguhnya terjadi di depan mata kita?! Justru yang terjadi sebaliknya, yang miskin semakin miskin, sementara yang kaya menjadi luar biasa kaya. Ada semacam jurang pemisah yang begitu lebar dan ketimpangan yang begitu meluas diantara si kaya dan si miskin. Inilah wajah GLOBALISASI yang sebenarnya.

Luput dari mata para pembeli di jalan-jalan besar, merek – merek barang terkenal, mulai dari sepatu olah raga sampai pakaian bayi, hampir seluruhnya dibuat di negara yang sangat – sangat miskin. Dengan upah buruh yang sangat rendah, nyaris seperti budak. Untuk mempromosikan NIKE atau ADIDAS, para olahragawan terkenal di bayar sangat mahal dibandingkan dengan upah seluruh buruh di pabrik. Globalisasi seperti inikah yang disebut-sebut sebagai masa depan umat manusia?! Atau hanya semata- mata adalah cara lama yang dulunya dilakukan pada jaman – jaman para raja dan sekarang diteruskan oleh perusahaan multinasional dengan berbagai lembaga keuangan dan pemerintah sebagai penopangnya. Dengan Globalisasi ini, penguasa baru (Perusahaan Multinasional) sangat berpengaruh bagi negara kita, yaitu Indonesia tercinta.

Indonesia merupakan Negara kaya dengan sumber daya alam yang melimpah. Mulai dari tembaga, minyak, kayu, emas, dan juga SDMnya. Indonesia dijajah oleh barat mulai dari abad ke-16, kekayaan alam Indonesia dirampas oleh negara – negara barat selama berates – ratus tahun lamanya. Sungguh merupakan hutang yang belum terbayar hingga saat ini. Negara yang begitu kaya diubah menjadi negara pengemis(sungguh Ironis).

Bank Dunia menyatakan Indonesia sebagai sebuah negara dengan dinamika ekonomi yang sukses “sebuah model keberhasilan ekonomi ala globalisasi“. Banyak contoh orang di negara ini yang dikatakan sukses dengan ala globalisasi itu. Sering pesta diadakan oleh orang – orang “sukses“ itu. Tetapi tidak jauh dari tempat pesta para orang ”sukses“ itu, terdapat kenyataan buruk yang tersembunyi. Sisi dari “keberhasilan ekonomi” yang tidak diberitakan. Tempat –tempat tinggal para buruh atau orang – orang miskin yang memproduksi barang merek – merek terkenal yang biasa kita beli di pusat – pusat perbelanjaan. Mereka mendapatkan upah yang jauh dari taraf hidup di jaman “globalisasi” ini, yang menurut pemerintah upah itu setengah lebih tinggi dari standar hidup. Tempat – tempat tinggal mereka dibuat dari kotak - kotak barang. Yang saat turun hujan, mereka tertimpa banjir, terdapat pancuran air tetapi tidak tersedia air bersih. Banyak anak – anak kurang gizi dan terjangkit penyakit.


Ini merupakan fakta yang sangat nyata yang ada di depan mata kita, ketidakadilan merajalela di negara ini. SI KAYA SEMAKIN KAYA & SI MISKIN SEMAKIN MISKIN.


Source : The New Rulers of the World by John Pilger